LILIN DAN SABUN BERBASIS MINYAK TENGKAWANG
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hutan Indonesia merupakan salah satu wilayah hutan terluas di dunia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK, luas hutan (forest cover) Indonesia pada tahun 2017 adalah seluas 93,6 juta ha. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis dengan hutan yang sangat luas sehingga lebih banyak terdapat kehidupan dari berbagai macam spesies.
Keadaan ini membuat Indonesia memperoleh hasil hutan kayu yang berlimpah. Di samping itu, hutan Indonesia juga memiliki berbagai macam hasil hutan bukan kayu yang komoditinya dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Pengambilan hasil hutan bukan kayu tidak memberikan dampak buruk pada kondisi lingkungan hutan sehingga hutan dapat terjaga dengan baik. Menurut Permenlhk No. 66 Tahun 2016, pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu untuk selanjutnya disebut HHBK adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa produk bukan kayu dengan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Dengan demikian, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu ini merupakan suatu hal yang lebih efektif dalam mengurangi kerusakan hutan.
Buah Tengkawang (wikipedia.org) |
Sebagaimana diketahui masalah pemanfaatan dan pengembangan hasil hutan bukan kayu tidak semata-mata terletak pada pemilihan komoditi unggulan, namun upaya dalam memajukan komoditi tersebut. Selain itu, hal yang dibutuhkan dalam pengembangan hasil hutan bukan kayu adalah dukungan data dan informasi tentang potensi dan pemanfaatan, pemungutan, pengolahan dan kualitas produk.
Berbagai macam hasil hutan bukan kayu yang dapat dijadikan menjadi sebuah produk dapat mencangkup semua keanekaragaman biologi. Hasil-hasil hutan ini termasuk obat-obatan, makanan, getah, damar, tanaman hias, dan lemak. Berbagai macam hasil hutan bukan kayu yang dapat memberikan nilai ekonomi berasal dari tumbuh-tumbuhan, salah satunya adalah tengkawang.
Tengkawang merupakan nama buah dari beberapa jenis shorea yang memiliki potensi dalam menghasilkan minyak lemak yang dapat diproduksi menjadi berbagai macam produk dalam menunjang kebutuhan hidup manusia. Keberadaan jenis shorea penghasil tengkawang ini mulai dilindungi oleh pemerintah. Tindakan ini menujukan bahwa permintaan pasar akan jenis penghasil tengkawang lebih besar.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa sajakah proses pembuatan minyak dari buah tengkawang?
- Apakah produk yang dapat dihasilkan oleh minyak tengkawang?
- Bagaimanakah proses pembuatan produk yang dihasilkan dari minyak tengkawang?
- Apa sajakah keuntungan dari pemanfaatan produk dari minyak tengkawang?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui proses pembuatan minyak dari buah tengkawang.
- Untuk mengetahui produk yang dapat dihasilkan oleh minyak tengkawang.
- Untuk mengetahui proses pembuatan produk yang dihasilkan dari tengkawang.
- Untuk mengetahui keuntungan dari pemanfaatan produk dari tengkawang.
II. PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Tengkawang
Tengkawang adalah nama buah dan pohon dari genus shorea yang buahnya menghasilkan minyak nabati (Okta, 2017). Di dalam bahasa Inggris, buah tengkawang disebut dengan illipe nut atau Borneo tallow nut. Minyak yang dihasilkan dari jenis ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi (Sidabutar dan Lumangkun, 2013).
Tengkawang merupakan salah satu tanaman hutan yang akan berbuah pada usia 8-9 tahun. Biasanya, pohon yang baru berbuah dapat menghasilkan 50-100 kg biji tengkawang kering. Tetapi, pada panen raya potensi biji tengkawang mengalami peningkatan yakni berkisar antara 250-800 kg biji tengkawang kering. Sedangkan di luar panen raya, biji yang dihasilkan sama seperti pada awal berbuah yakni sekitar 50-100 kg biji (Andianto, 2013).
Genus shorea atau biasa disebut meranti termasuk dalam famili Dipterocarpaceae. Famili ini tumbuh dan mendominasi struktur tegakan di hutan hujan tropis, dari daratan rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 1.750 mdpl. Penyebaran jenis shorea ini mencangkup wilayah yang cukup luas yakni meliputi wilayah Sri Lanka, India, Indochina, dan Malesia (Maharani, 2013).
Karena jenis shorea merupakan jenis terbanyak dalam famili Dipterocarpaceae, maka para ahli botani mengelompokkannya ke dalam 11 kelompok yang terdiri dari beberapa jenis. Kelompok tersebut adalah Doona, Pentacme, Anthoshorea, Neohopea, Shorea, Brachypterae, Mutica, Ovalis, Pachycapae, rubella, dan Richetioides.
Kunjungi juga : Makalah Tumbuhan Penghasil Resin (Dragon's Blood)
Di dalam penyebaran tersebut, beberapa jenis shorea dikenal sebagai jenis meranti penghasil tengkawang tidak kurang dari 17 jenis. Di Indonesia, ditemukan 15 jenis tengkawang yang meliputi dua daerah, yakni di Kalimantan terdapat 12 jenis dan di Sumatera terdapat 3 jenis. Jenis-jenis tersebut termasuk dalam 4 kelompok yakni Brachypterae, Mutica, Pachycarpae, dan Shorea.
2.2 Pengambilan Tengkawang
Tengkawang yang merupakan tanaman kehutanan yang tumbuh di hutan hujan tropis ini biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu penunjang ekonomi dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Masyarakat biasanya mengumpulkan atau memanen buah tengkawang yang terdapat di hutan. Disadari akan nilai ekonomi yang dihasilkan, masyarakat tersebut melakukan pemeliharaan kebun tengkawang (Fajri dan Fernandes, 2015).
Masyarakat lokal khususnya di Desa Penyeladi dan Desa Entuna Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat telah memiliki pola pemanenan buah tengkawang yang meliputi waktu pemanenan serta pola pemanenan. Biasanya, pemanenan buah tengkawang dilakukan pada bulan Desember-Maret dengan masa perbungaan dimulai pada bulan November-Januari.
Pemanenan yang dilakukan oleh masyarakat masih menggunakan cara yang tradisional yaitu dengan memungut buah tengkawang yang telah jatuh di lantai hutan. Pengambilan buah ini dilakukan dengan cara memilih buah yang masih bagus, sedangkan buah yang telah berkecambah akan dibiarkan tumbuh. Waktu pemungutan buah tengkawang dilakukan pada pagi dan sore hari. Buah yang memiliki kondisi yang bagus diutamakan untuk di jual (Fajri dan Fernandes, 2015).
2.3 Budidaya Tengkawang
Budidaya pada tanaman tengkawang meliputi beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain ekologi, teknik pembibitan, teknik penanaman, serta prospek ekonominya.
2.3.1 Ekologi
Tengkawang biasanya tumbuh pada tipe curah hujan A dan B dengan ketinggian tempat sampai 1.300 m dpl. Jenis tanah tempat tumbuh adalah latosol, podsolik merah kuning, dan podsolik kuning. Saridan (2013), menyebutkan bahwa sebaran dari jenis tengkawang terletak pada tanah yang memiliki karakteristik tekstur lempung, lempung liat berpasir, sampai lempung berliat, warna kuning kecoklatan (10 YR 6/8), dan struktur gumpal.
2.3.2 Teknik Pembibitan
Pembibitan dimulai dengan melakukan perkecambahan langsung di dalam polybag ukuran 15 cm x 22 cm yang telah dilabel di persemaian tanpa melalui proses penyapihan. Setelah itu memberikan paranet untuk menjaga kondisi suhu tetap stabil sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan perkecambahan.
Pada kondisi ini tetap dilakukan penyiraman secara rutin dan juga menerapkan penyiangan (Fambayun, R. A., 2014). Teknik pembibitan ini dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Namun, pada pembibitan generatif akan mengalami kendala dikarenakan pohon tengkawang tidak berbuah setiap tahun.
2.3.3 Teknik Penanaman
Penanaman tanaman tengkawang dimulai dari pembuatan plot dengan batasan yang jelas. Selanjutnya, dilakukan pembuatan lubang tanam berjarak 5 x 5 m dengan masing-masing lubang diberikan pupuk sekitar 1 kg untuk memacu pertumbuhan awal.
Setelah hal tersebut dilakukan maka bibit tanaman didiami di lokasi penanaman. Hal ini dilakukan supaya bibit tersebut dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya. Setelah penyesuaian, bibit segera ditanam dengan memisahkan media dari polybag. Pada awal penanaman bibit dapat membutuhkan naungan atau pun tidak, tergantung dari sifat yang dimiliki jenis bibit tersebut.
Kunjungi juga : Mengenal Tumbuhan Karamunting (HHBK)
Pertumbuhan semai dari jenis penghasil tengkawang apabila memberikan inokulum alami (ektomikoriza) dengan dosis yang tepat. Pemberian inokulum alami ini akan merangsang pertumbuhan tinggi dan jumlah cabang. Selain itu, penanaman jenis-jenis shorea penghasil tengkawang juga sangat perlu diperhatikan tempat tumbuh yang sesuai karena ketinggian tempat akan memberikan pengaruh optimal dalam pertumbuhannya (Fambayun, R. A., 2014).
2.3.4 Prospek Ekonomi
Jenis shorea penghasil tengkawang memiliki prospek ekonomi yang baik, baik itu pada bagian kayunya atau pun bukan kayu. Famili dari dipterocarpaceae ini mendominasi produksi kayu dari hutan alam baik di pasar dalam negeri maupun di pasar luar negeri. Lemak nabati yang dihasilkan biji tengkawang memiliki sifat yang khas sehingga memiliki harga lebih tinggi dibanding dengan minyak nabati lainnya (Fambayun, R. A., 2014).
2.4 Pembuatan Minyak dari Tengkawang
Untuk menghasilkan minyak dari tengkawang memerlukan proses yang agak lama. Sebelum pengepresan, biji tengkawang harus kering terlebih dahulu. Secara tradisional, masyarakat lokal telah mengenal dua pengeringan biji tengkawang. Biji tengkawang dapat dikeringkan di bawah sinar matahari, namun proses pengeringan dengan cara ini sangat tergantung pada cuaca yang akan berubah setiap saat, sehingga cara ini memerlukan waktu yang lebih lama.
Sedangkan pengeringan dengan sistem salai dilakukan dengan cara mengasapi buah tengkawang di atas api. Cara ini memerlukan bahan baku dan harus selalu diawasi. Buah yang disalai harus sering dibolak-balik agar matangnya merata dan tidak gosong (Heri, 2013).
Setelah melakukan pengeringan, tahap selanjutnya adalah menumbuk biji tengkawang yang sudah kering sampai halus. Kemudian, bubuk tersebut dikukus. Selanjutnya, bubuk yang telah dikukus sebelumnya dimasukkan ke dalam kantong anyaman, lalu mengepresnya dengan alat yang sederhana.
2.5 Produk Dari Minyak Tengkawang
Secara tradisional, minyak tengkawang digunakan untuk memasak, sebagai penyedap masakan dan ramuan obat-obatan. Dalam dunia industri, minyak tengkawang digunakan sebagai bahan pengganti lemak coklat, bahan farmasi dan kosmetika, juga dipakai dalam pembuatan lilin, sabun, margarin, pelumas dan sebagainya (Budi et al., 2017).
Kunjungi juga : Pengenalan, Cara, Sifat, Faktor, dan Manfaat Minyak Atsiri
2.5.1 Lilin Berbasis Minyak Tengkawang
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol. Lilin berbasis tengkawang merupakan salah satu lilin alami komersial yang merupakan hasil sekresi dari biji tengkawang.
Lilin dari Tengkawang |
Biji tengkawang yang diekstrak dengan melakukan pengempresan mengakibatkan bijinya menjadi hancur dan menghasilkan minyak. Minyak dari tengkawang ini yang dikenal dengan nama vegetable thllow atau illip nut memiliki prospek yang baik yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan lilin (Andianto, 2013).
2.5.2 Sabun Berbasis Minyak Tengkawang
Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani. Biasanya, sabun memiliki wujud padat, lunak dan cair. Molekul-molekul dalam sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang dan ion. Bagian hidrokarbon ini bersifat hidrofilik. Ketika terkena air, molekul dengan rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap air sehingga mudah tersuspensi.
Minyak tengkawang memiliki kekhasan tersendiri dibanding minyak nabati lainnya. Dengan sifat yang khas tersebut, minyak ini dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan sabun. Pemilihan bahan ini dikarenakan minyak tengkawang memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi diantaranya adalah asam oleat dan asam arachidat.
Sabun dari Tengkawang |
Asam oleat tergolong asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh manusia karena penggunaannya sebagai bahan dasar sabun dapat meningkatkan kelembaban kulit. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh kandungan bahan dasar yang digunakan. Hal ini juga didukung data dari hasil penelitian Raden dan Zulnely (2015), yang menyimpulkan bahwa asam oleat adalah kandungan yang mendominasi dari semua jenis lemak dalam tengkawang.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
- Pembuatan minyak tengkawang secara tradisional meliputi proses pengeringan, penghalusan, pengukusan dan pengepresan, sedangkan pembuatan minyak secara modern meliputi proses pengeringan, pengecilan ukuran, serta pengempaan.
- Produk yang dapat dihasilkan dari bahan dasar minyak buah tengkawang yakni lilin, sabun, margarin, lipstik, dan coklat.
- Proses pembuatan lilin dari bahan dasar minyak tengkawang meliputi pemanasan, pewarnaan, pencampuran, pengadukan serta pencetakan, sedangkan proses pembuatan sabunnya meliputi penimbangan, pelelehan, pencampuran, penyiapan stock, pewarnaan, dan pencetakan.
- Hasil kualitas yang tinggi dan bagus dalam pembuatan produk berbasis minyak dari tengkawang merupakan keuntungan yang akan didapat oleh pengguna.
3.2 Saran
Ditinjau dari manfaatnya, disarankan supaya produk dari bahan tengkawang ini diperkenalkan pada seluruh masyarakat Indonesia.