5 Sifat Kimia Kayu
Sifat kimia (komponen kimia) kayu yang terletak di dalam kayu berperan penting dalam menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu. Pengetahuan tentang sifat kimia di dalam kayu akan memberi kemudahan untuk membedakan jenis-jenis kayu.
Sifat-sifat kimia kayu digunakan untuk mengetahui ketahanan kayu terhadap serangan organisme perusak kayu, selain itu juga sifat kimia kayu menentukan pengerjaan serta pengolahan kayu sehingga hasil yang diperoleh menjadi lebih baik. Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum menurut Dumanauw (1990) terdiri dari tiga macam unsur, yaitu:
- Unsur karbohidrat yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
- Unsur non-karbohidrat yang tersusun atas lignin
- Zat ekstraktif sebagai unsur yang terendap selama proses pertumbuhan kayu.
Penyebaran sifat-sifat kimia kayu tersebut di dalam dinding sel kayu tidak merata. Selulosa dan hemiselulosa biasanya lebih banyak ditemukan dalam dinding sekunder. Adapun lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamela tengah.
Zat ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu. Selanjutnya, komposisi unsur-unsur kimia di dalam kayu terbagi menjadi beberapa bagian yakni abu (0,20-0,50%), hidrogen (6%), karbon (50%), nitrogen (0,04-0,10%), dan sisanya adalah oksigen (Dumanauw, 1990).
Sementara itu, di bidang orientasi kayu dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
- Bidang tangesial, yaitu bidang yang didapatkan dengan memotong kayu tegak lurus searah serat dan tidak melalui sumbu kayu
- Bidang radial, yaitu bidang yang di peroleh dengan memotong kayu arah serat melalui sumbu kayu
- Bidang aksial merupakan bidang yang didapatkan dengan memotong kayu secara tegak lurus terhadap sumbu kayu
Sifat-sifat kimia kayu dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh iklim dan letak nya di dalam batang atau cabang sehingga memiliki berbagai variasi. Sifat-sifat kimia kayu tersebut terdiri dari 5 bagian yaitu abu, lignin, hemiselulosa, selulosa, dan zat ekstraktif (Dumanauw, 1990).
1. Abu
Abu merupakan salah satu sifat kimia kayu dari hasil pembakaran kayu. Bagian-bagian abu sebagai zat organik yang terdapat di dalam kayu meliputi mineral pembentuk abu sebagai sisa dari pembakaran lignin dan selulosa. Kadar zat ini di dalam kayu bervariasi antara 0,2%-1% dari berat kayu (Dumanauw, 1990).
2. Hemiselulosa (Poliosa)
Selain abu, kayu juga masih mengandung sejumlah zat yang lain dari 15%-25%, antara lain hemiselulosa atau juga dikenal dengan poliosa, semacam selulosa berupa persenyawaan molekul-molekul besar yang bersifat karbohidrat. Hemiselulosa pada dasarnya merupakan gabungan antara dua selulosa sehingga susunannya terdiri oleh gula dengan rumus C5H10O5 dan disebut hexosan. Fungsi dari hemiselulosa adalah sebagai bahan dasar pembentukan dinding sel serta sebagai zat cadangan (Dumanauw, 1990).
3. Lignin
Lignin merupakan senyawa kimia yang tidak memiliki tekstur dan berbentuk seperti amorf. Dinding sel-nya tersusun oleh suatu rangka molekul selulosa, yang meliputi lignin. Bagian tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam membuat dinding sel menjadi kuat.
Lignin terletak terutama dalam lamela tengah dan dinding primer dan juga dikatakan sebagai penyusun terakhir dinding sel. Kadar lignin dalam kayu gubal lebih tinggi dibandingkan kadar lignin dalam kayu teras (Dumanauw, 1990).
Kunjugi juga : Materi Sifat-Sifat Umum Kayu (Mengenal Kayu)
Kunjugi juga : Materi Sifat-Sifat Umum Kayu (Mengenal Kayu)
Selanjutnya, Fengel & Werger (1995), mengatakan bahwa lignin dapat diketahui dengan sifat-sifat berikut ini:
- Dapat larut di dalam larutan NaOH
- Tidak dapat larut dalam air
- Memiliki ketahanan yang cukup baik terhadap reaksi kimia
- Memiliki kandungan gugus karboksil, karbonil, dan metoksil sehingga dikatakan reaktif
- Senyawa benzena akan terbentuk apabila didestilasi menggunakan alkali
4. Selulosa
Selulosa adalah bahan kristalis sebagai dasar untuk membangun dinding-dinding sel. Glukosa dan gula bermartabat enam (C6H12O6) merupakan bahan dasar selulosa. Molekul-molekul glukosa tersambung menjadi molekul yang besar, panjang, dan membentuk rantai sehingga terjadinya perubahan menjadi selulosa (Dumanauw, 1990).
Beberapa sifat-sifat selulosa dapat diketahui sebagai berikut:
- Memiliki warna yang putih.
- Molekul selulosa memiliki nilai berat antara 300.000-500.000 gram/mol
- Dapat larut dalam Cu (NH3)4(OH)2 atau NaOH + CS2
- Saling berikatan antara satu dengan yang lain
- Menghasilkan glukosa apabila terhidrolisa secara sempurna dalam keadaan asam
- Menghasilkan maltosa dalam hidrolisa parsial
- Menghasilkan asam oksalat apabila reaksi hidrolisa berlebihan
- Menghasilkan D-glukosa apabila terhidrolisa secara sempurna dengan HCl 40%
- Tidak memiliki karbon
5. Zat Ekstraktif
Zat ekstraktif sebagai sifat kimia kayu merupakan zat yang mudah larut dalam berbagai pelarut seperti alkohol, air, bensin, dan eter. Banyak zat ekstraktif rata-rata 3%-8% dari berat kayu kering tanur. Zat-zat ekstraktif yang terdapat di dalam kayu diantaranya adalah minyak, resin, lilin, lemak, tanin, gula, pati, dan zat berwarna (Dumanauw, 1990).
Kunjungi juga : Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin Penyusun Kayu
Selanjutnya, Sarinah & Jemi (2019) menjelaskan bahwa zat ekstraktif yang larut di dalam air yaitu karbohidrat (protein dan alkaloid), monosakarida (pati dan bahan pektin), arabinosa, glaktosa, rafinosa, bahan organik, kation (anion), dan unsur lain seperti Ca, K, Mg, Na, dan Fe.
Kunjungi juga : Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin Penyusun Kayu
Selanjutnya, Sarinah & Jemi (2019) menjelaskan bahwa zat ekstraktif yang larut di dalam air yaitu karbohidrat (protein dan alkaloid), monosakarida (pati dan bahan pektin), arabinosa, glaktosa, rafinosa, bahan organik, kation (anion), dan unsur lain seperti Ca, K, Mg, Na, dan Fe.
Biasanya zat ekstraktif terdapat di dalam rongga sel dan memiliki fungsi sebagai berikut:
- Mempengaruhi sifat keawetatan, warna, bau, dan rasa sesuatu jenis kayu
- Digunakan untuk mengenal jenis kayu yang akan diidentifikasi
- Biasanya dapat dijadikan sebagan bahan dasar industri untuk pembuatan objek tertentu.
- Pekerjaan kayu bisa menjadi sulit karena alat pertukangan rusak akibat zat ekstraktif
Pustaka:
Dumanauw,
J. F. 1990. Mengenal Kayu. Kanisius. Yogyakarta
Fengel, D. dan Wegener, G. 1995. Kayu:
Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi. Terjemahan Hardjono Sastrohamidjojo. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Sarinah
& Jemi, R. 2019. Petunjuk Praktikum Sifat Sifat Dasar Kayu. Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. Palangka Raya (Tidak
Dipublikasikan)
Editor : Zega Hutan