Jenis-Jenis Pohon Penghasil Resin
Resin merupakan eksudat (getah) yang dikeluarkan oleh jenis pohon tertentu, terutama jenis-jenis pohon runjung (konifer) berupa zat terpenoid yang teroksidasi. Langenheim (2003) berpendapat bahwa resin adalah senyawa terpenoid dan fenolik yang tercampur, dalam hal ini senyawa tersebut menguap (volatile) dan tidak menguap (non volatile).
Resin juga biasanya disebut dengan nama damar atau getah yang mengalami pembekuan dan mengeras pada batang di bagian saluran skizogen dan skozolisegen berbentuk transparan. Umumnya, penggunaan resin dapat dilakukan di berbagai industri mebel (bahan pernis dan perekat), industri kosmetik (campuran dupa dan parfum), dan juga pada industri makanan (pelapis makanan).
Kunjungi juga : Pengertian Resin Menurut Para Ahli
Secara umum, resin bersifat keras berbentuk padatan, bening/kusam, plastis, transparan, serta dapat meleleh ketika terkena panas sehingga mudah terbakar dan mengeluarkan aroma yang khas (Kuspradini et al, 2016). Hal tersebut dipengaruhi oleh kandungan yang terdapat di dalam resin dimana beberapa penelitian menyebutkan bahwa alkohol, ester, resene, dan, resinotannol, karbon, dan oksigen merupakan senyawa yang berada di dalam resin. Lebih lanjut dikatakan bahwa resin tidak memiliki kandungan lemak.
Adapun jenis jenis pohon penghasil resin terdiri dari bebearapa jenis yakni diantaranya pohon damar, pohon gaharu, pohon meranti, dan pohon pinus.
1. Pohon Damar
Pohon damar merupakan salah satu pohon yang berpotensi sebagai penghasil resin. Pohon ini termasuk di dalam kelas gymnospermae yang mampu tumbuh hingga mencapai ketinggian 65 meter. Pohon yang memiliki nilai ekonomis ini biasanya tumbuh pada daerah dataran rendah tepatnya pada hutan hujan tropis.
Pohon yang tersebar di daerah pulau-pulau besar di Indonesia ini memiliki ciri batang dengan kulit berwarna keabuan, terdapat retakan kecil seperti terkelupas, memiliki daun yang berbentuk jorong, dan bentuk bulat telur pada biji yang telah matang.
Pohon yang sering digunakan untuk tujuan reboisasi ini juga memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Araucariaceae
Genus : Agathis
Spesies : Agathis borneensis Warb
Selain penggunaan untuk reboisasi, pohon juga memiliki kandungan resin yang bernilai cukup tinggi. Perolehan resin pada pohon damar dilakukan dengan melukai kulit batangnya atau terluka secara alami. Dari luka tersebut akan mengeluarkan getah yang dapat membeku apabila terkena dengan udara dengan beberapa waktu. Resin yang diperoleh dari pohon ini juga dikenal dengan sebutan kopal.
Resin dari pohon damar biasanya digunakan untuk berbagai kebutuhan industri pengecatan. Kegunaan dari resin ini sama persis seperti penggunaan damar yang diperoleh dari pohon meranti.
2. Pohon Gaharu
Pohon gaharu merupakan salah satu jenis tanaman hutan beraromatik yang saat ini banyak dikembangkan oleh masyarakat karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Kemenhut, 2014). Saat ini, jenis pohon gaharu yang paling banyak ditemukan khususnya di daerah Sumatera Utara adalah jenis Aquilaria malccensis Lamk (Yusnita, 2003).
Jenis-jenis pohon gaharu masih banyak tersebar di seluruh Indonesia yaitu Jawa (2 jenis), Kalimantan (12 jenis), Maluku (1 jenis), Nusa Tenggara (3 jenis), Sumatera (10 jenis), Sulawesi (2 jenis), dan Papua (2 jenis) (Kemenhut, 2014). Dari pohon penghasil resin tersebut diketahui terdapat 7 jenis yang sering diusahakan oleh masyarakat salah satunya adalah jenis Aquilaria malccensis Lamk. Menurut Sumarna (2012), klasifikasi pohon gaharu terdiri dari beberapa susunan taksonomi.
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-Divisio : Angiospermae
Class : Dycotyledon
Sub-Class : Archichlamydae
Famili : Thymeleaceae, Euphorbiaceae dan Leguminoceae
Genus : Aquilaria
Spesies : Aquilaria malccensis Lamk (salah satu)
Pohon gaharu dapat ditemukan pada daerah beriklim panas dengan rata-rata suhu 28-34ÂșC pada ketinggian 0-2400 mdpl. Lahan tempat tumbuh pohon gaharu berupa ekosistem hutan dataran rendah, gambut, pegunungan, dan rawa dengan kelembaban sekitar 80% dan curah hujan 1000-2000 mm/th (Sumarna, 2012).
Kunjungi juga : Makalah Tumbuhan Penghasil Resin (Dragon's Blood)
Pohon gaharu berjenis Aquilaria spp bercirikan kulit batang licin berwarna putih, diameter rata-rata sekitar 60 cm, berkayu keras, daun lonjong, bunga berada pada ujung ranting, buah berbentuk bulat/lonjong, dan biji berbentuk bulat telur (Sumarna, 2012). Pohon gaharu dapat diperbanyak dengan 2 metode yakni generatif dan vegetatif.
Resin gaharu saat ini dapat diperoleh lebih cepat tanpa menunggu waktu puluhan tahun dengan bantuan fungi fusarium. Penggunaan bantuan ini biasanya dinamakan bioinduksi yakni mempercepat proses pembentukan resin secara biologi.
Teknik pembentukan gaharu terbagi atas 4 teknik yaitu: teknik bor, teknik ijuksi, teknik paku, dan teknik simpori. Resin gaharu pada umumnya dipengaruhi dengan kualitas pohonnya yakni semakin bagus kualitas pohonnya maka semakin meningkat resinnya. Komponen kimi resin gaharu yang menimbulkan aroma wangi adalah sesquiterpene dan 2-(2-phenylethyl)-4Hchromen-4-one (Kemenhut, 2014).
3. Pohon Meranti
Pohon meranti saat ini memiliki status yang cukup fenomenal diantara pohon lainnya. Hal ini dikarenakan pohon tersebut sebagai salah satu komoditas yang penting karena sebagai penghasil kayu terbesar di Indonesia.
Pohon meranti adalah bagian dari suku dipterocarpaceae yang tempat tumbuhnya berada pada dataran rendah. Di dalam dunia perdagangan, pohon ini terbagi menjadi empat spesies yakni meranti kuning, meranti merah, meranti putih, dan balau.
Umumnya, pohon meranti bercirikan batang pecah, dapat tumbuh hingga 30 meter, memiliki banir yang cukup besar, memiliki kulit berwarna coklat. Adapun klasifikasi meranti sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Ordo : Malvales
Famili : Dipterocarpaceae
Genus : Shorea
Spesies : Shorea spp.
Selain pemanfaatan kayunya, jenis meranti juga mampu menghasilkan resin. Biasanya, resin yang dihasilkan oleh meranti disebut sebagai damar (damar mata kucing). Damar yang berasal dari pohon meranti diperoleh melalui irisan luka pada batang pohon. Pada bekas luka tersebut akan mengeluarkan cairan agak kental (getah) yang memiliki warna putih dibaluti dengan warna kuning hingga jingga.
Resin dari pohon meranti umumnya digunakan untuk berbagai keperluan seperti industri cat, farmasi, campuran bahan kosmetik, linoleum, vernis, dan juga sebagai bahan aditif pangan. Selain itu, Heyne (1987) juga mengemukakan bahwa resin ini secara tradisional digunakan sebagai lampu damar, bahan pewarna batik, dan memakal perahu serta keranjang.
4. Pohon Pinus
Pohon pinus merupakan salah satu pohon yang termasuk di dalam kelompok daun jarum. Pohon ini juga dikenal degan sebutan tusam. Pohon yang mampu tumbuh sampai dengan 70 meter ini tersebar di seluruh kawasan Indonesia terutama pada kawasan hutan dengan jenis tropika dan sangat cocok untuk tujuan reboisasi.
Pohon pinus memiliki ciri dengan warna kulit krem keputihan dan coklat kemerahan. Perbedaan dari kedua warna ini diketahui karena pengaruh banyaknya resin yang terkandung di dalamnya. Hal ini diperjelas oleh Susilowati, dkk (2013) yang melaporkan bahwa pohon pinus yang memiliki warna coklat kemerahan memiliki kandungan resin yang lebih banyak.
Kunjungi juga : Pengertian Oleoresin Menurut Ahli
Agusta (2000) mendeskripsikan pohon pinus dengan ciri batang berkayu, bulat, keras, memiliki cabang yang horizontal, memiliki retakan kulit berwarna coklat, berdaun majemuk dan berbentuk jarum serta memiliki buah. Adapun klasifikasi dari pohon pinus adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii Jungh. Et de Vries
Resin yang berasal dari pohon pinus diperoleh dengan kegiatan penyadapan. Selanjutnya, dari hasil penyadapan akan diolah lebih lanjut dengan kegiatan penyulingan. Dari kegiatan tersebutlah diperoleh resin yang dinamakan gondorukem. Gondorukem ini memiliki bentuk menyerupai kepingan yang berwana kuning mengkilat dan terlihat transparan.
Umumnya, gondorukem digunakan sebagai pelunak plester, campuran perban gigi, campuran perona mata, penguat bulu mata, dan sebagai bahan perekat warna pada industri tinta. Selain itu, Dalian & Hartoyo (1997) juga mengemukakan bahwa di Indonesia gondorukem digunakan sebagai bahan untuk membuat cat, resin, dan sabun.
Pustaka:
Agusta, A. 2000.
Minya Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. ITB Press. Bandung
Dahlian, E. & Hartoyo. 1997. Komponen Kimia
Terpentin dari Getah Tusam (Pinus merkusii) Asal Kalimantan Barat. Info Hasil
Hutan. Badan Pengembangan dan Penelitian Kehutanan 4 (1): 38-39
Heyne, K. 1987.
Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta
Kementerian Kehutanan. 2014. “Topik 3 Gaharu.” In Buku
Seri IPTEK V Kehutanan, 42–64. Badan Litbang Kehutanan. Bogor
Kuspradini, et al. 2016. Penegenalan Jenis Getah Gum-Lateks-Resin. Mulawarman Universitas
Press. Samarinda
Langenheim, J. H. 2003. Plant
Getahs: Chemistry, Evolution, Ecology and Ethnobotany. Timber Press, Portland,
Oregon.
Sumarna, Y. 2012. Budidaya Jenis
Pohon Penghasil Gaharu. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat
Litbang Produktivitas Hutan. Bogor
Susilowati,
dkk. 2013. Struktur Anatomi Saluran Resin pada Pinus merkusii Bergetah Banyak.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 11 (2): 120-130
Yunita. 2003.
Kultur Jaringan (Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien). Agromedia Pustaka.
Jakarta
Editor : Zega Hutan