Metode Konservasi Tanah Secara Kimia
Menurut Arsyad (2010), metode konservasi tanah secara kimia merupakan metode konservasi yang memanfaatkan preparat kimia berupa senyawa sintetik maupun bahan alami yang sebelumnya telah diolah dalam jumlah yang relatif sedikit dengan tujuan agregat tanah mengalami peningkatan sehingga erosi dapat dicegah.
Metode kimia dalam konservasi tanah pada dasarnya digunakan sebagai cara penanggulangan atau pun mencegah terjadinya erosi pada tanah. Preparat kimia yang digunakan mampu memperbaiki struktur tanah yang telah rusak sehingga tanah tersebut resistensi terhadap erosi. Preparat kimia yang digunakan pada tanah dapat membentuk pori-pori udara di agregat tanah sehingga tanah menjadi lebih stabil. Lebih spesifiknya, pemupukan yang dilakukan pada tanaman adalah salah satu bentuk metode kimia dalam melakukan konservasi tanah dan air.
1. Kenapa Metode Kimia diperlukan pada Konservasi Tanah dan Air?
Kenapa metode kimia diperlukan pada konservasi tanah merupakan pertanyaan yang cukup tidak terdengar asing bagi kalangan mahasiswa kehutanan bahkan yang lebih spesifik sekalipun seperti mahasiswa yang memprogramkan ilmu tanah. Pertanyaan ini muncul ketika tahu bahwa sebelumnya untuk melakukan konservasi tanah terdapat metode vegetatif dan mekanik.
Kunjungi juga : Metode Konservasi Tanah Secara Mekanik
Penggunaan metode kimia dalam konservasi tanah dan air didasari pada kerusakan bahan organik pada tanah tersebut. Bahan organik merupakan salah satu komponen terpenting yang sangat erat kaitannya dengan erosi tanah. Bahan organik tanah sebagai dasar dalam pembentukan struktur tanah. Struktur tanah yang baik dan stabil membuat tanah semakin resistensi terhadap erosi.
Peran bahan organik tanah terdiri dari 8 bagian penting yaitu sebagai berikut:
- Sebagai penampung unsur hara (reservoir)
- Sebagai pembentuk dan perbaikan struktur tanah
- Sebagai perbaikan drainase tanah
- Sebagai perbaikan aerasi
- Suatu kapasitas tukar kation tanah
- Sebagai penyangga tanah
- Sebagai penahan air tanah
- Sebagai sumber energi mikroorganisme.
2. Sejarah Penemuan Metode Kimia dalam Konservasi Tanah dan Air
Penggunaan preparat kimia sintetik sebagai suatu metode dalam kegiatan konservasi tanah awalnya telah dilakukan pada tahun 1950-an yakni dengan melakukan pengembangan tanah supaya memiliki struktur yang stabil. Preparat kimia tersebut dikenal dengan sebutan pemantap struktur tanah (soil conditioner). Lebih spesifiknya pemantap struktur tanah ini berupa suatu bahan yang digunakan dan ditambahkan ke tanah dengan maksud tanah dapat berfungsi dengan baik baik terutama sifat fisiknya.
Sifat fisik tanah yang dimaksud di atas adalah seperti drainase, daya olah tanah, kapasitas infiltrasi, dan stabilitas agregat. Merujuk pada pengertian pemantap struktur tanah sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan yang ditambahkan ke tanah tersebut dapat berupa bahan organik atau pun bahan anorganik serta dapat berupa sintetik atau juga alami.
Salah satu percobaan pertama penggunaan bahan pemantap struktur tanah dilakukan pada tahun 1950 oleh van Bavel dengan bahan MCS (campuran dimethyl diclorosilane dan methyl triclorosilane). Bahan campuran ini merupakan bahan yang memiliki sifat mudan menguap dan gas. Sifat gas tersebut terbentuk sebagai proses pencampuran dengan air tanah. Hasil yang diperoleh dari penggunaan bahan tersebut dinyatakan mampu memperbaiki agregat tanah sehingga menjadi lebih stabil. Tahun 1952, salah satu perusahaan kimia yakni Mosanto Chemical Company mulai memasarkan bahan pemantap struktur tanah tersebut dengan merek Krillium.
Krillium merupakan dasar dari munculnya berbagai preparat kimia sebagai salah satu metode yang digunakan untuk kegiatan konservasi tanah. Senyawa yang terdapat di dalam krillium terbentuk senyawa natrium dari Polyacrylonitrile yang telah mengalami hidrolisasi. Polyacrylonitrile merupakan suatu senyawa berantai panjang yang terbentuk melalui polimerisasi.
Pemantap struktur tanah berperan penting dalam menjaga stabilitas agregat tanah. Peran tersebut berpengaruh besar karena mampu bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama. Hal ini dikarenakan senyawa tersebut mampu tanah terhadap serangan mikroba di dalam tanah. Selain itu, keberadaan pemantap struktur tanah ini dapat meningkatkan permeabilitas tanah, mengurangi terjadinya erosi pada tanah, serta mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim. Namun, penggunaan bahan pemantap struktur tanah ini kemudian mulai redup akibat dari mahalnya harga jual.
Kunjungi juga : 9 Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif Terbaru
Berdasarkan hal tersebut, para peneliti mulai mencari konsep baru yang lebih bagus dalam membuat pemantap struktur tanah sehingga tahun 1972 tepatnya pada bulan April tercipta suatu pertemuan di Universitas Ghent Belgia dengan judul Fundamentals of Soil Conditioning dengan menghasilkan konsep yang lebih baik dan luas dari sebelumnya yaitu seagai berikut:
- Pemantapan agregat tanah untuk mencegah terjadinya erosi dan pencemaran lingkungan.
- Mengubah kurva penahanan air tanah dengan mengubah sifat hidrofibik atau hidrofilik tanah
- Meningkatkan atau mengurangi Kapasitas Tukar Kation (KTK).
Berdasarkan konsep baru tersebut dikembangkan preparat kimia yang dikelompokkan menjadi 5 bagian yaitu polymer tidak terionisasi, polyanion, polycation, dipole polymer, dan emulsi bitume.
Pustaka:
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air.
Cetakan Kedua. IPB Press. Bogor