Burung Enggang | Klasifikasi, Ciri, dan Asal-Usul
Enggang merupakan salah satu fauna endemik Indonesia yang saat ini statusnya sudah menjadi satwa dilindungi sesuai dengan yang termuat di dalam UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Enggang termasuk jenis burung berukuran besar dan berparuh besar. Umumnya, burung Enggang hidup di pohon-pohon besar tepatnya pada bagian tajuk yang tinggi dan melakukan aktivitas seperti bersarang, tempat hinggap, dan mencari makan.
Kunjungi juga : Klasifikasi, Jenis, Habitat, dan Persebaran Ayam Hutan
Hadi (2012) menjelaskan bahwa burung Enggang termasuk dalam kelompok burung yang memiliki pengaruh besar dalam mendukung fungsi ekologi. Burung Enggang tergolong dalam kelompok burung frugivor. Artinya burung ini adalah jenis burung pemakan buah-buahan sehingga berfungsi sebagai agen penyebar biji berbagai buah hutan. Anggriawan et al. (2015) menekankan bahwa burung enggang adalah ikon hutan hujan tropis Asia yang berperan sebagai penyebar biji sehingga hutan hujan tropis menjadi sehat dan beragam. Burung Enggang biasanya terdapat pada hutan hujan tropika dan mendiami hutan primer sebagai habitat alaminya.
Sumber (yukepo.com) |
1. Klasifikasi Burung Enggang
Burung Enggang juga dapat dikenal dengan sebutan burung Ranggong. Convention on International Trade of Endager Species of Wild Fauna and Flora (CITES) menjelaskan bahwa burung enggang tergolong ke dalam jenis fauna Appendiks II. Jenis fauna tersebut merupakan jenis fauna yang diperdagangkan dengan hanya dalam keadaan atau kondisi tertentu seperti penelitian. Klasifikasi burung enggang adalah sebagai berikut (Ramadhan, 2015):
- Kingdom : Animalia
- Phylum : Chordata
- Sub-Phylum : Vertebrata
- Class : Aves
- Sub-Class : Tetrapoda
- Ordo : Coraciiformes
- Family : Bucrotidae
- Genus : Aceros, Anorrhinus, Antrachoceros, Buceros, Penelopides, Rhyticeros, dan Rhinoplax.
Spesies dari jenis burung enggang ini terdiri dari beberapa spesies. Hal ini disebabkan setiap genus memiliki spesies yang berbeda.
2. Ciri-Ciri Burung Enggang
Burung enggang sangat mudah dibedakan dengan jenis burung lain. Selain dari ukuran yang lebih besar, burung enggang juga identik dengan paruh yang besar dan balung (casque) yang menonjol sebagai ciri khasnya. Casque ini juga dikenal dengan sebutan tanduk dan merupakan penanda perbedaan jenis kelamin burung enggang. Selain itu, Ramadhan (2015) menjelaskan ciri-ciri burung enggang sebagai berikut ini.
- Burung enggang didominasi oleh 3 warna bulu yaitu hitam, putih, dan coklat.
- Ukuran tubuh burung enggang dimulai dari 40 cm sampai 150 cm.
- Berat burung enggang paling besar yang ditemukan adalah 3,6 kg.
- Memiliki paruh besar dan tanduk di bagian atasnya.
- Tanduk yang lebih besar dan memiliki warna lebih terang merupakan burung enggang jantan dan sebaliknya tanduk berukuran lebih kecil dan warna yang tidak mencolok adalah jenis betina.
- Selain tanduk, membedakan jenis kelamin pada burung enggang juga dapat dilihat melalui warna bulu leher dan warna iris mata.
- Di bagian leher terdapat kulit tanpa bulu yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan buah-buahan.
- Dapat hidup di hutan sekunder dan hutan primer dan biasanya dominan pada hutan primer.
- Biasanya hidup berpasangan atau berkelompok.
- Kaki burung enggang lebih dominan berwarna hitam secara umum.
- Bulu ekor memiliki warna hitam dan putih, dan di beberapa jenis juga terdapat warna kuning.
3. Asal-Usul Burung Enggang
Asal-usul burung enggang saat ii tidak diketahui secara pasti berasal darimana. Akan tetapi, jenis burung enggang tersebar di dua benua yaitu Asia dan Afrika dengan jumlah spesies sebanyak 57. Sedangkan di Indonesia terdapat 14 spesies diantaranya dimana terbagi pada beberapa wilayah yakni wilayah Sumatera terdiri dari 10 spesies, wilayah Kalimantan terdiri dari 9 spesies, dan wilayah Jawa terdiri dari 3 spesies (Ramadhan, 2015). Dari satu wilayah ke wilayah lain burung enggang terdapat spesies yang sama. Selain dari ketiga wilayah tersebut di atas, burung enggang juga ditemukan hidup di wilayah Sulawesi. Namun, spesies yang hidup disana tidak diketahui secara pasti.
Kunjungi juga : Klasifikasi, Ciri, Habitat, dan Penyebaran Komodo
Berdasarkan statusnya, burung enggang termasuk ke dalam perhatian dunia yang dipertegas ke dalam CITES dan IUCN seperti terlihat pada tabel di bawah ini (Ramadhan, 2015).
- NT (Near Threatened) : Hampir punah
- VU (Vulnerable) : Rentan
- LC (Least Concern) : Kurang Informasi
- Apendiks I : Spesies yang jumlahnya sangat sedikit, amat terancam, hampir punah, tidak boleh diperdagangkan untuk tujuan komersial, hanya boleh jika hasil penangkaran (F2)
- Apendiks II : Spesies boleh diperdagangkan dengan jumlah yang dibatasi oleh kuota tangkap yang ditentukan LIPI
Anggriawan, V., Hariyadi, B., &
Muswita, M. 2015. Keanekaragaman Jenis Rangkong Dan Tumbuhan Pakannya Di Harapan
Rainforest Jambi (Species and Feed Diversity of Hornbill in The Harapan
Rainforest, Jambi). Biospecies, 8 (2).73-79
Hadi, N. K. 2012. Keanekaragaman
Burrung Rangkong (Bucerotidae) pada Kawasan Lindung IUPHHK-HTI PT. Bukit Batu
Hutani Alam Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan
IPB. Bogor
Ramadhan, S. 2015. Keanekaragaman Burung Rangkong (Bucerotidae) yang Terdapat di Pegunungan Gugop Sebagai Referensi Dalam Pembelajaran Mata Kuliah Ornitologi. Skripsi. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam. Banda Aceh.