Tengkawang | Persebaran, Budidaya dan Pemanenan
Tengkawang merupakan nama buah dari beberapa jenis shorea yang memiliki potensi dalam menghasilkan minyak lemak yang dapat diproduksi menjadi berbagai macam produk dalam menunjang kebutuhan hidup manusia. Keberadaan jenis shorea penghasil tengkawang ini mulai dilindungi oleh pemerintah. Tindakan ini menunjukan bahwa permintaan pasar akan jenis penghasil tengkawang lebih besar.
1. Persebaran Tengkawang
Tengkawang adalah nama buah dan pohon dari genus shorea yang buahnya menghasilkan minyak nabati (Okta, 2017). Di dalam bahasa Inggris, buah tengkawang disebut dengan illipe nut atau Borneo tallow nut. Minyak yang dihasilkan dari jenis ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi (Sidabutar dan Lumangkun, 2013).
Tengkawang merupakan salah satu tanaman hutan yang akan berbuah pada usia 8-9 tahun. Biasanya, pohon yang baru berbuah dapat menghasilkan 50-100 kg biji tengkawang kering. Tetapi, pada panen raya potensi biji tengkawang mengalami peningkatan yakni berkisar anatara 250-800 kg biji tengkawang kering. Sedangkan di luar panen raya, biji yang dihasilkan sama seperti pad awal berbuah yakni sekitar 50-100 kg biji (Andianto, 2013).
Genus shorea atau biasa disebut meranti termasuk dalam famili Dipterocarpaceae. Famili ini tumbuh dan mendominasi struktur tegakan di hutan hujan tropis, dari daratan rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 1.750 mdpl. Penyebaran jenis shorea ini mencangkup wilayah yang cukup luas yakni meliputi wilayah Sri Lanka, India, Indochina, dan Malesia (Maharani, 2013).
Karena jenis shorea merupakan jenis terbanyak dalam famili Dipterocarpaceae, maka para ahli botani mengelompokkannya ke dalam 11 kelompok yang terdiri dari beberapa jenis. Kelompok tersebut adalah Doona, Pentacme, Anthoshorea, Neohopea, Shorea, Brachypterae, Mutica, Ovalis, Pachycarpae, Rubella, dan Richetioides.
Di dalam penyebaran tersebut, beberapa jenis shorea dikenal sebagai jenis meranti penghasil tengkawang tidak kurang dari 17 jenis. Di Indonesia, ditemukan 15 jenis tengkawang yang meliputi dua daerah, yakni di Kalimantan terdapat 12 jenis dan di Sumatera terdapat 3 jenis. Jenis-jenis tersebut termasuk dalam 4 kelompok yakni Brachypterae, Mutica, Pachycarpae, dan Shorea
2. Budidaya Tengkawang
Budidaya pada tanaman tengkawang meliputi bebrapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain ekologi, teknik pembibitan, teknik penanaman, serta prospek ekonominya.
a. Ekologi
Tengkawang biasanya tumbuh pada tipe curah hujan A dan B dengna ketinggian tempat sampai 1.300 m dpl. Jenis tanah tempat tumbuh adalah latosol, podsolik merah kuning, dan podsolik kuning. Saridan (2013), menyebutkan bahwa sebaran dari jenis tengkawang terletak pada tanah yang memiliki karakteristik tekstur lempung, lempung liat berpasir, samapai lempung berliat, warna kuning kecoklatan dan struktur gumpal.
b. Teknik Pembibitan
Pembibitan dimulai dengan melakukan perkecambahan langsung di dalam polybag ukuran 15 cm x 22 cm yang telah dilabel di persemaian tanpa melaui proses penyapihan. Setelah itu memberikan paranet untuk menjaga kondisi suhu tetap stabil sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan perkecambahan. Pada kondisi ini tetap dilakukan penyiraman secara rutin dan juga menerapkan penyiangan (Fambayun, R. A., 2014).
Teknik pembibitan ini dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Namun, pada pembibitan generatif akan mengalami kendala dikarenakan pohon tengkawang tidak berbuah setiap tahun.
c. Teknik Penanaman
Penanaman tanaman tengkawang dimulai dari pembuatan plot dengan batasan yang jelas. Selanjutnya, dilakukan pembuatan lubang tanam berjarak 5 x 5 m denganmasing masing lubang diberikan pupk sekitar 1 kg untuk memacu pertumbuhan awal. Setalah hal tersebut dilakukan maka bibit tanaman didiami di lokasi penanaman. Hal ini dilakukan supaya bibit tersebut dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya. Setelah penyesuaian, bibit segera ditanam dengan memisahkan media dari polybag. Pada awal penanaman bibit dapat membutuhkan naungan ataupun tidak, tergantung dari sifat yang dimiliki jenis bibit tersebut.
Pertumbuhan semai dari jenis penghasil tengkawang apabila memberikan inokulum alami (ektomikoriza) dengan dosis yang tepat. Pemberian inokulum alami ini akan merangsang pertumbuhan tinggi dan jumlah cabang. Selain itu, penanaman jenis-jenis shorea penghasil tengkawang juga sangat perlu diperhatikan tempat tumbuh yang sesuai karena ketinggian tempat akan memberikan pengaruh optimal dalam pertumbuhannya (Fambayun, R. A., 2014).
d. Prospek Ekonomi
Jenis shorea penghasil tengkawang memiliki prospek ekonomi yang baik, baik itu pada bagian kayunya ataupun bukan kayu. Famili dari Dipterocarpaceae ini mendominasi produksi kayu dari hutan alam baik di pasar dalam negeri maupun di pasar luar negeri. Lemak nabati yang dihasilkan biji tengkawang memiliki sifat yang khas sehingga memiliki harga lebih tinggi dibanding dengan minyak nabati lainnya (Fambayun, R. A., 2014).
3. Pemanenan Tengkawang
Tengkawang yang merupakan tanaman kehutanan yang tumbuh di hutan hujan tropis ini biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu penunjang ekonomi dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Masyarakat biasanya mengumpulkan atau memanen buah tengkawang yang terdapat di hutan. Disadari akan nilai ekonomi yang dihasilkan, masyarakat tersebut melakukan pemeliharaan kebung tengkawang (Fajri dan Fernandes, 2015).
Kunjungi juga : Lilin dan Sabun Berbasis Minyak Tengkawang
Masyarakat lokal khususnya di Desa Penyeladi dan Desa Entuna Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat telah memiliki pola pemanenan buah tengkawang yang meliputi waktu pemanenan serta pola pemanenan. Biasanya, pemanenan buah tengkawang dilakukan pada bulan Desember-Maret ddengan masa perbungaan dimulai pada bulan Nopember-Januari. Pemanenan yang dilakukan oleh masyarakat masih menggunakan cara yang tradsional yaitu dengan memungut buah tengkawang yang telah jatuh di lantai hutan. Pengambilan buah ini dilakukan dengan cara memilih buah yang masih bagus, sedangkan buah yang telah berkecambah akan dibiarkan tumbuh. Waktu pemungutan buah tengkawang dilakukan pada pagi dan sore hari. Buah yang memiliki kondisi yang bagus diutamakan untuk di jual (Fajri dan Fernandes, 2015).